Bandung - Alunan suara yang keluar dari pelepah
kawung atau bambu itu mampu membius ratusan penonton yang memadati
Gedung Teater Tertutup Dago Tea House. Alat musik bambu bernama
Karinding yang dulunya merupakan alat untuk pengusir hama, kini di
tangan Karinding Attack menjadi alat musik yang kaya dengan berbagai
macam eksplorasi genre musik. Seperti yang terlihat dalam konser
tunggal mereka, “Gerbang Kerajaan Serigala” pada Selasa, (13/3) yang
mencampurkan musik tradisi karinding menjadi lebih lebar dan berwarna
dengan kolaborasi musik pop, folk, hingga jazz.
Konser
“Gerbang Kerajaan Serigala” diselenggarakan sebagai pembuktian komitmen
Karinding Attack untuk mengembangkan musik karinding dan menyebarkannya
ke khayalak luas. Terlihat beberapa remaja dan anak muda kini tak risih
lagi untuk mempelajari karinding, seperti yang terlihat dari konser
malam itu yang banyak dihadiri oleh remaja dan anak muda. Beberapa malah
membawa karinding sendiri.
Karinding Attack tumbuh besar dan
berkembang dari komunitas metal Ujungberung. Sebagian besar personilnya
pun terdiri dari beberapa musisi metal seperti Man, vokalis band death
metal Jasad, Amenk yang merupakan vokalis band deathmetal Disinfected,
dan Kimung, mantan pemain bass Burgerkill. Secara musikalitas, musik
Karinding Attack memang penuh dengan nuansa yang tak hanya terpaku pada
nuansa eksotisme musik tradisi semata. Pengaruh musik metal sangat
terasa kuat dalam musik-musik Karinding Attack yang bersemangat,
enerjik, dan penuh dengan tempo cepat.
Sebagai sebuah band yang
tumbuh besar di lingkungan musik metal dan punk, terselip mayoritas
lirik-lirik dan pesan dari Karinding Attack banyak memiliki pesan
menyoal kritik sosial dan politik, terutama dilihat dari perspektif
lokalitas.
Konser yang juga merupakan hajatan ulang tahun ketiga
Karinding Attack ini dibuka dengan “Bubuka” yang dilantunkan oleh
penyanyi Trie Utami bersama budayawan Budi Dalton. Kemudian dilanjutkan
dengan “Mantram Gayatri” dan “Hampura Ma bagian 1”. Karinding Attack pun
malam itu tak melupakan menyisipkan pesan-pesan kritik sosial dan
politiknya seperti pada lagu “Dadangos Bagong”, dan “Wasit Kehed”.
Pada
lagu “Burial Buncelik”, Karinding Attack memperlihatkan warna musik
yang berbeda ketika berkolaborasi bersama musisi jazz Sony Akbar Trio.
Musik-musik dari bambu itu bersanding mengalun dengan alunan piano dan
gitar yang disambut riuh penonton.
“ Musik Karinding Attack itu
bukan musik tradisional juga bukan musik modern. Kami membuat musik dan
bereksplorasi dengan apa yang kami inginkan,” ujar sang vokalis Man yang
malam itu tampil begitu komunikatif dan seringkali melemparkan
bobodoran (candaan) atau sentilan.
Kekayaan eksplorasi itu pula
yang ditampilkan oleh band yang terdiri dari Man (vokal), Ki Amenk
(karinding), Wisnu (karinding), Kimung (celempung), Hendra (celempung),
Papay (celempung, kohkol), Okid (gong tiup, toleat), Jimbot (toleat,
suling, serunai), dan Yuki (suling, saluang, dan serunai). Pada lagu
“Because- Kelas Rakyat” mereka berkolaborasi dengan band folk Paper
Back. Meski berbeda genre musik, toh, Karinding Attack maupun Paper Back
tak sama sekali canggung. Malah harmonisasi nada terlihat dari musisi
yang berbeda warna musik ini.
Salah satu komitmen Karinding
Attack dalam melestarikan seni karinding pada anak muda adalah ketika
mereka mengajak remaja yang menggeluti Kelas Karinding (Kekar) dalam
konser malam itu untuk melantunkan lagu “Nu Ngora Nu Nyekel Kontrol”.
Tak lupa pula, Karinding Attack malam itu menghadirkan para
seniman-seniman yang berjasa dalam melestarikan seni karinding seperti
Abah Olot, Mang Engkus, dan Mang Utun. Kolaborasi anatara seniman
karinding muda dan para tetua karinding ini pun terjadi ketika
melantunkan lagu “Ririwa”.
Konser sepanjang hampir dua jam itu
pun ditutup oleh tiga lagu yaitu “Yaro”, “Gerbang”, dan “Maaf Kami Tidak
Tertarik Pada Politik Kekuasaan”. Tak lama kemudian encore
berkumandang, tak lama setelah itu lantunan sinden pun lantang bersuara
ketika lagu “Kembang Tanjung” dinyanyikan.
Momen spesial malam
itu justru pada akhir acara. Karinding mengundang vokalis Risa Saraswati
untuk bersama-sama menyanyikan “We Are The World” karya Michael
Jackson. Momen emosionil itu pun dilanjutkan dengan kolaborasi dengan
musisi jazz Sony Akbar Trio, band folk Paperback, dan band hiphop Eye
Feel Sick. Konser ini pun membuktikan komitmen dan hasrat dari Karinding
Attack bahwa tidak ada satu pun kerangka maupun genre musik yang
sanggup mengekang mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
welcome to my blog